ABSTRAKSI
Indriyani
Utami Dewi. 19210772
IKLAN DALAM ETIKA DAN ESTETIKA
Tugas
Softskill. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 2013
Kata kunci :
Iklan. Etika. Estetika. Bisnis
(ii +13
halaman)
Salah satu cara yang dilakukan sebuah perusahaan untuk menjual produknya adalah dengan promosi, dengan adanya promosi dari perusahaan tersebut, maka masyarakat bisa mengenal produk yang ditawarkan atau dijual oleh perusahaan tersebut. Promosi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan iklan. Sebuah perusahaan untuk mempromosikan produknya, iklan dibuat dengan dramatis sehingga menonjolkan kelebihan dari produknya saja dan iklan tersebut ditayangkan tidak bisa hanya untuk target marketnya saja baik secara khusus dan langsung, tetapi pasti ditonton atau dilihat oleh banyak kalangan yaitu dengan seluruh masyarakat bahkan yang bukan target marketnya. Tujuan penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip moral yang perlu dalam iklan dan untuk mengetahui contoh iklan yang berkaitan dalam etika. Dari hasil penelitian diketahui bahwa iklan mempunyai unsur promosi, merayu konsumen, iklan ingin mengiming-imingi calon pembeli, karena itu bahasa periklanan mempergunakan retorika sendiri. Masalah manipulasi yang utama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan (tapi tidak terlepas juga dari segi informatifnya), karena dimanipulasi, seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut
Salah satu cara yang dilakukan sebuah perusahaan untuk menjual produknya adalah dengan promosi, dengan adanya promosi dari perusahaan tersebut, maka masyarakat bisa mengenal produk yang ditawarkan atau dijual oleh perusahaan tersebut. Promosi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan iklan. Sebuah perusahaan untuk mempromosikan produknya, iklan dibuat dengan dramatis sehingga menonjolkan kelebihan dari produknya saja dan iklan tersebut ditayangkan tidak bisa hanya untuk target marketnya saja baik secara khusus dan langsung, tetapi pasti ditonton atau dilihat oleh banyak kalangan yaitu dengan seluruh masyarakat bahkan yang bukan target marketnya. Tujuan penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip moral yang perlu dalam iklan dan untuk mengetahui contoh iklan yang berkaitan dalam etika. Dari hasil penelitian diketahui bahwa iklan mempunyai unsur promosi, merayu konsumen, iklan ingin mengiming-imingi calon pembeli, karena itu bahasa periklanan mempergunakan retorika sendiri. Masalah manipulasi yang utama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan (tapi tidak terlepas juga dari segi informatifnya), karena dimanipulasi, seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Hampir setiap hari kita dibanjiri oleh iklan yang
disajikan media-media massa, baik cetak maupun elektronik. Akibatnya
seakan-akan upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari untuk sebagian besarnya
dikondisikan oleh iklan. Memang, inilah sebenarnya peran yang diemban oleh
iklan, yakni sebagai kekuatan ekonomi dan sosial yang menginformasikan konsumen
perihal produk-produk barang dan jasa yang bisa dijadikan sebagai pemuas
kebutuhan. Dalam peran seperti inilah, di mana pun juga, kita bisa dengan mudah
menemukan iklan-iklan mulai dari yang paling sekuler sampai kepada informasi
mengenai aktivitas-aktivitas keagamaan, perjalanan ziarah, dan sebagainya.
Tanpa kita sadari, iklan ternyata sungguh-sungguh
ditampilkan sebagai kekuatan ekonomi dan sosial yang mempengaruhi sebagian
besar hidup kita, terutama sehubungan dengan upaya mendapatkan barang dan jasa pemuas
kebutuhan. Apalagi iklan-iklan tersebut disiarkan lewat media radio atau
ditayangkan lewat layar televisi. Keadaan semacam ini yang membuat kita tidak
hanya tidak sadar bahwa iklan sedang “menjajah” kita, tetapi juga tidak peka
terhadap kenyataan bahwa iklan sedang menggerogoti nilai-nilai moral dan agama
yang selama ini kita junjung tinggi. Untuk hal yang terakhir ini kita
paling-paling hanya bisa sampai pada tingkat sopan-santun, dan bukannya sebuah
kesadaran etis untuk memprotes iklan-iklan yang tidak bermoral tersebut.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. pengertian
apa itu iklan.
2. Prinsip-prinsip
moral periklanan dalam etikas dan estetika
3. produsen
mempromosikan suatu produk barang atau jasa kepada konsumen melihat dari sisi
perusahaan, dan
4. contoh
kasus.
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan iklan dalam etika dan estetika
2. Untuk
mengetahui bagaimana produsen memasarkan produk barang atau jasa kepada
konsumen dari suut pandang perusahaan
3. Contoh
kasus yang terjadi untuk mengetahui seberapa besar minat perusahaan membeli
suatu produk yang dipromosikannya.
1.4 Manfaat
Penelitian
Bagi penulis dapat
mengetahui tentang pengertian iklan, dan iklan dalam etika dan estetika
sehingga penulis mengetahui produsen memasarkan produk barang dan jasa kepada
konsumen yang dikalangi oleh perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan
mahasiswa serta tugas sofskill ke-3 dosen Pak Bonar S. Panjaitan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Iklan dalam Etika dan Estetika
Menurut
Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya pesan-pesan
visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan
atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau
untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea,
institusi-institusi tau pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut.
Untuk membuat konsumen tertarik, iklan harus dibuat menarik bahkan kadang
dramatis. Tapi iklan tidak diterima oleh target tertentu (langsung). Iklan
dikomunikasikan kepada khalayak luas (melalui media massa komunikasi iklan akan
diterima oleh semua orang: semua usia, golongan, suku, dsb). Sehingga iklan
harus memiliki etika, baik moral maupun bisnis.
Masalah
moral dalam iklan muncul ketika iklan kehilangan nilai-nilai informatifnya, dan
menjadi semata-mata bersifat propaganda barang dan jasa demi profit yang
semakin tinggi dari para produsen barang dan jasa maupun penyedia jasa iklan.
Padahal, sebagaimana juga digarisbawahi oleh Britt, iklan sejak semula tidak
bertujuan memperbudak manusia untuk tergantung pada setuap barang dan jasa yang
ditawarkan, tetapi justru menjadi tuan atas diri serta uangnya, yang dengan
bebas menentukan untuk membeli, menunda atau menolak sama sekali barang dan
jasa yang ditawarkan. Hal terakhir ini yang justru menegaskan sekali lagi tesis
bahwa iklan bisa menghasilkan keuntungan-keuntungan bagi masyarkat.
2.2 Perkembangan
Periklanan di Indonesia
Perkembangan
periklanan di Indonesia telah ada sejak lebih dari se abad yang lalu. Iklan
yang diciptakan dan dimuat di surat kabar telah ditemukan di surat kabar
“Tjahaja Sijang” yang terbit di Manado pada tahun 1869. Surat kabar tersebut
terbit sebulan sekali setebal 8 halaman dengan 4 halaman ekstra. Iklan-iklan
yang tercantum di surat kabar tersebut bukan hanya dari perusahaan / produsen,
tetapi juga dari individu yang mencantumkan iklan untuk kepentingan pribadi.
Di tempat
lain juga telah ada kegiatan periklanan melalui surat kabar, yaitu di Semarang
pada tahun 1864. Surat kabar “De Locomotief yang beredar setiap hari telah
memuat iklan hotel / penginapan di kota Paris. Iklan di kedua surat kabar ini
masih didominasi oleh tulisan dan belum bergambar, karena kesulitan teknis
cetak pada saat itu.Dalam perkembangannya, setiap surat kabar yang terbit
kemudian, juga mencantumkan iklan sebagai sarana memperoleh penghasilan guna
membiayai ongkos cetaknya
2.3 Fungsi
Periklanan
Iklan sebagai pemberi informasi
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada
konsumen, ada 3 pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas
informasi yang disampaikan sebuah iklan:
·
Produsen yang memiliki
produk tersebut
·
Biro iklan yang mengemas
iklan dalam segala dimensinya: etis, estetik, informatif dan sebagainya.
·
Bintang iklan
Perkembangan dimasa yang akan datang, iklan informatif akan lebih
digemari, karena:
·
Masyarakat semakin kritis
dan tidak lagi mudah dibohongi atau bahkan ditipu oleh iklan-iklan yang tidak
mengukapkan kenyataan secara sebenarnya
·
Masyarakat sudah bosan atau
muak dengan berbagai iklan yang hanya melebih-lebihkan suatu produk
·
Peran Lembaga Konsumen yang
semakin gencar memberi informasi yang benar dan akurat kepada konsumen menjadi
tantangan serius bagi iklan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.Objek Penelitian
Objek
penelitian ini adalah :
Contoh
iklan dalam etika dan estetika
3.2
Data yang Digunakan
Data yang digunakan oleh penulis :
Data Sekunder berupa data
kualitatif, yaitu dengan mencari data-data tentang iklan dalam etika dan
estetika
BAB
VI
PEMBAHASAN
4.1 Prinsip
– Prinsip moral yang perlu dalam iklan
Terdapat
paling kurang 3 prinsip moral yang bisa dikemukakan di sini sehubungan dengan
penggagasan mengenai etika dalam iklan.
Ketiga prinsip itu adalah
·
masalah kejujuran dalam iklan,
·
masalah martabat manusia sebagai pribadi, dan
·
tanggung jawab sosial yang mesti diemban oleh iklan.
Ketiga
prinsip moral yang juga digaris bawahi oleh dokumen yang dikeluarkan dewan
kepuasan bidang komunikasi sosial untuk masalah etika dalam iklan ini kemudian
akan didialogkan dengan pandangan Thomas M. Gerrett, SJ yang secara khusus
menggagas prinsip-prinsip etika dalam mempengaruhi massa (bagi iklan) dan
prinsip-prinsip etis konsumsi (bagi konsumen). Dengan demikian, uraian berikut
ini akan merupakan “perkawinan” antara kedua pemikiran tersebut.
1.
Prinsip Kejujuran
Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa
penyimbol iklan seringkali dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan
informasi mengenai persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen,
tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di
sini adalah bahwa isi iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan
realitas sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di
sini, sebagai konsekuensi logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun
juga.
2.
Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi
Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin
ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutn imperatif (imperative
requirement). Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang
dalam memilih secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini
berhubungan dengan dimensi kebebasan yang justeru menjadi salah satu sifat
hakiki dari martabat manusia sebagai pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang
dikemas secanggih apa pun, setiap orang seharusnya bisa dengan bebas dan
bertanggung jawab memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan-akan dideterminir untuk
memilih barang dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke
dalam sebuah keniscayaan pilihan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan
iklan dewasa ini dikemas sebegitu rupa sehingga menyaksikan, mendengar atau
membacanya segera membangkitkan “nafsu” untuk memiliki barang dan jasa yang
ditawarkan (lust), kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa tertentu
menentukan status sosial dalam masyarkat, dll.
3.
Iklan dan Tanggung Jawab Sosial
Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan
kebutuhan-kebutuhan baru karena perananya yang utama selaku media informasi
mengenai kelangkaan barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, namun dalam
kenyataannya sulit dihindari bahwa iklan meningkatkan konsumsi masyarakat.
Artinya bahwa karena iklan manusia “menumpuk” barang dan jasa pemuas kebutuhan
yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan primer. Penumpukan barang dan jasa
pada orang atau golongan masyarkat tertentu ini disebut sebagai surplus barang
dan jasa pemuas kebutuhan. Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh
sebagai kecil masyarakat. Bahwa sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup
dalam kelimpahan, toh terus memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara
mayoritas masyarakat hidup dalam kemiskinan.
Di sinilah kemudian dikembangkan ide solidaritas sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab sosial dari iklan. Berhadapan dengan surplus barang dan jasa
pemuas kebutuhan manusia, dua hal berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus
barang dan jasa seharusnya disumbangkan sebagai derma kepada orang miskin atau
lembaga/institusi sosial yang berkarya untuk kebaikan masyarakat pada umumnya
(gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dll). Tindakan karitatif
semacam ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural masyarakat
akan semakin berkembang. Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan kebutuhan
fisik, biologis, psikologis, dan spiritual dengan perhatian akan kebutuhan
masyarakat pada umumnya. Perhatian terhadap hal terakhir ini bisa
diwujudnyatakan lewat kesadaran membayar pajak ataupun dalam bentuk
investasi-investasi, yang tujuan utamanya adalah kesejahteraan sebagian besar
masyarakat.
4.2 Contoh
Iklan yang Berkaitan dengan Etika
Etika adalah
ilmu tentang hal yang baik maupun hal yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
dalam bermoral ( Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ). Bisa juga diartikan
pada kasus ini, etika dalam periklanan adalah ilmu yang membahas tentang baik
atau buruk , hak dan kewajiban yang berkaitan dengan periklanan. Ada tiga unsur
yang dapat menetukan apakah sebuah iklan itu baik atau tidak yaitu :
·
Etis
(berkaitan dengan kepantasan sebuah iklan)
·
Estetis
(berkaitan dengan kelayakan, apakah iklan tersebut
layak untuk target marketnya dan apakah jadwal tayangnya iklan tersebut layak )
·
Artistik
(mengandung nilai seni sehingga mengundang perhatian
masyarakat)
4.3 Contoh
iklan yang berkaitan dengan etika
Iklan sabun
mandi yang tidak menampilkan orang yang sedang mandi secara utuh. contohnya
iklan sabun mandi Lux atau biore yang hanya menampilkan orang yang mandi
ditutupi busa secara keseluruhan, hanya pundak dan bagian belakang punggung
yang terlihat.
Etika yang harus diterapkan di dalam iklan adalah
sebagai berikut :
·
Jujur
tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan produknya, atau lebih ke arah
melebih - lebihkan iklan yang sebenarnya apa yang dilebih - lebihkan tidak ada
dalam produk.
·
Tidak memicu SARA, terlebih karena Indonesia memiliki
ragam suku,adat, dan budaya sehingga penayangan iklan diusahakan tidak ada yang
menyindir kalangan masyarakat di pelosok manapun. harus disesuaikan agar dapat
diterima dimana saja.
·
Tidak mengandung pornografi.
·
Tidak bertentangan dengan norma - norma yang berlaku.
·
Tidak melanggar etika dalam berbisnis . contohnya saja
iklan minuman bersoda yang menyindir / menjatuhkan produk minuman bersoda
lainnya (pepsi menjatuhkan coca cola atau telkomsel menjatuhkan XL )
·
tidak adanya unsur plagiat.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam periklanan
tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan itu sendiri mencakup
pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia tentang
iklan yang dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Iklan mempunyai
unsur promosi, merayu konsumen, iklan ingin mengiming-imingi calon pembeli,
karena itu bahasa periklanan mempergunakan retorika sendiri. Masalah manipulasi
yang utama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan (tapi tidak terlepas
juga dari segi informatifnya), karena dimanipulasi, seseorang mengikuti
motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam dirinya
dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol tepat yang
dapat mengimbangi kerawanan tersebut
5.2 Saran
Seharusnya
para pelaku bisnis mengacu pada etika dan estetika yang berlaku pada iklan dan
tidak mementingkan keuntungan semata tanpa mempertimbangkan efek dari iklan
yang dibuatnya.
SUMBER:
http://pengertiandancontoh.blogspot.com/2013/03/etika-dalam-periklanan.html
http://jeremiasjena.wordpress.com/2010/10/05/etika-dalam-iklan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar